Habib Bodoh Lebih Utama Dari 70 Ulama, Ajaran Menyimpang Habib?


Ajaran menyimpang habib

Pernyataan bahwa "seorang habib bodoh lebih utama dari 70 ulama" telah memicu perdebatan serius di kalangan masyarakat Muslim. Ajaran ini, yang menyiratkan bahwa keturunan atau nasab dari keluarga Rasulullah SAW (habib) dianggap lebih mulia dibandingkan dengan ulama yang tidak memiliki hubungan nasab langsung, bahkan jika habib tersebut tidak berilmu, dianggap oleh banyak ulama sebagai ajaran yang menyimpang.

Mengapa Pernyataan Ini Dianggap Menyimpang?

Dalam Islam, kemuliaan seseorang di hadapan Allah diukur berdasarkan iman dan ilmu, bukan semata-mata dari keturunan atau nasab. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an, seperti dalam surat Al-Mujadalah ayat 11, yang menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu. Ini menunjukkan bahwa ilmu dan iman adalah dua faktor utama yang menentukan kemuliaan seseorang​


Nabi Muhammad SAW juga bersabda bahwa ulama adalah pewaris para nabi, bukan karena nasab, tetapi karena ilmu mereka. Hadis ini menunjukkan bahwa ilmu adalah warisan utama dari Nabi, dan ulama yang memiliki ilmu tersebut lebih mulia di sisi Allah dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu​


Dalil-Dalil yang Menentang Ajaran Ini:

  1. Al-Qur'an: Surat Az-Zumar ayat 9 dengan tegas menyatakan bahwa orang yang berilmu tidak sama dengan yang tidak berilmu, menekankan pentingnya pengetahuan dalam menentukan kemuliaan seseorang di hadapan Allah​


  2. Hadis Rasulullah SAW: Nabi bersabda, "Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberikannya pemahaman yang mendalam tentang agama" (HR Bukhari dan Muslim). Ini menegaskan bahwa ilmu adalah tanda kebaikan yang diberikan Allah, bukan semata-mata keturunan​


  3. Pandangan Ulama: Hadrotusyaikh KH. Hasyim Asy'ari dalam kitabnya Adabu al-Alim wa al-Mutaallim juga menegaskan bahwa kemuliaan ulama adalah karena mereka mewarisi ilmu para nabi, bukan sekadar karena nasab atau keturunan​


Kritik Terhadap Klaim Ini

Pernyataan bahwa habib bodoh lebih utama dari 70 ulama menabrak prinsip dasar Islam yang menghargai ilmu dan iman. Beberapa tokoh seperti Buya Yahya dan Rabithah Alawiyah telah secara terbuka membantah ajaran ini, menegaskan bahwa tidak ada dalil yang mendukung klaim tersebut. Menghormati keturunan Rasulullah memang penting, tetapi keutamaan dalam Islam tetap didasarkan pada keimanan dan pengetahuan, bukan sekadar nasab​

.

Kesimpulannya, ajaran yang menyatakan bahwa seorang habib yang bodoh lebih mulia daripada 70 ulama alim dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang menekankan keutamaan ilmu dan iman. Keutamaan seseorang tidak semata-mata didasarkan pada nasab, melainkan pada seberapa jauh ia beriman dan menguasai ilmu agama.

Posting Komentar

0 Komentar